Khutbah

Khutbah Jum’at Masjidil Haram 2 Jumadil Akhir 1445 H

Khutbah Jumat Masjidil Haram

2 Jumadil Awwal 1445 H (15 Desember 2023)

Sesungguhnya Setelah Kesulitan Pasti Ada Kemudahan

Oleh: Syaikh Dr. Usamah Khayath hafizhahullahu ta’ala

Download Naskah Khutbah

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي يَجْعَلُ بَعْدَ الْعُسْرِ يُسْرًا، أَحْمَدُهُ -سُبْحَانَهُ-، حَمْدًا يَزِيدُنَا بِهِ نِعْمَةً وَخَيْرًا، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ، الْمُتَفَرِّدُ فِي الْكَوْنِ نَهْيًا وَأَمْرًا، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، خَيْرُ الْخَلْقِ طَرًا، وَأَعْظَمُهُمْ بِرًّا، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، أَصْوَبُ السَّالِكِينَ إِلَى اللَّهِ وَأَهْدِهِمْ سِيرًا، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.

Segala puji bagi Allah yang menjadikan setelah kesulitan ada kemudahan. Puji syukur kami panjatkan kepada-Nya, pujian yang menambahkan nikmat dan kebaikan bagi kita. Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan memilih sesuai kehendak-Nya. Dia Maha Esa dalam mengatur alam semesta dengan perintah dan larangan-Nya. Kami bersaksi bahwa pemimpin dan Nabi kami Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, sebaik-baik makhluk yang lahir dan paling mulia di antara mereka dalam kebaikan. Ya Allah, berikanlah shalawat dan salam kepada hamba-Mu dan utusan-Mu Muhammad, serta kepada keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang lurus. Semoga petunjuk menuju Allah diberikan kepada mereka, dan semoga mereka diarahkan dengan baik. Dan kepada siapa pun yang mengikuti mereka dengan baik, semoga keselamatan banyak dilimpahkan kepadanya.

Amma ba’du wahai hamba-hamba Allah, bertakwalah kepada Allah sebagaimana seharusnya, bersegeralah menuju ampunan dan keridhaan-Nya, bertawakallah kepada-Nya, berserah diri dan berharaplah kepada-Nya, dan berbaik sangka lah kepada-Nya. Sesungguhnya,

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرً

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya..” (QS. At-Talaq: 4).

Wahai kaum muslimin! Dimudahkannya setiap kesulitan dan dilapangkannya urusan adalah harapan yang dicita-citakan oleh jiwa dan diinginkan untuk mencapai tujuan. Keberuntungan adalah bagian yang paling utama dari itu semua, dan meraih bagian terbaik untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, mengatasi kesulitan, dan mengarahkan diri ke kebaikan yang diharapkan. Oleh karena itu, ada sebagian orang ketika menghadapi kesulitan dalam beberapa urusannya, merasa bahwa bencana besar telah menimpanya, pintu-pintu telah tertutup di hadapannya, dan jalan-jalan telah terhalang. Jiwa menjadi sempit, dan dunia menjadi sempit padahal sebelumnya luas. Pendiriannya yang baik menjadi buruk, dan keadaannya yang stabil menjadi goncang. Mungkin akhirnya akan membawanya pada hal-hal yang tidak seharusnya, tidak sesuai dengan perkataan dan perbuatan yang baik.

Wahai hamba-hamba Allah! Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, mereka adalah orang-orang yang paling bahagia dan paling bijak di antara manusia. Mereka memiliki kedudukan yang berbeda dalam situasi ini, dan posisi yang berbeda pula, karena petunjuk dan petunjuk-Nya yang jelas kepada mereka, serta karena petunjuk yang diberikan kepada mereka oleh Nabi mereka shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka ingat bahwa Allah mereka telah berjanji kepada mereka dengan janji yang tidak akan dilanggar, dan memberi kabar gembira bahwa setelah kesulitan akan datang kemudahan, bahwa kesempitan akan diikuti oleh kelapangan, dan bahwa kesedihan akan digantikan oleh kebahagiaan. Allah berfirman:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 4-5), dan Dia juga berfirman:

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Sesungguhnya Allah akan memberikan kemudahan sesudah kesulitan” (Q.S. At-Talaq: 7).

Janji ini terikat dengan syarat untuk mengikuti sebab-sebabnya yang menjadi pilar utama, dan yang paling utama di antaranya adalah taqwa (ketakwaan). Taqwa adalah perbekalan terbaik bagi mereka yang berjalan di jalan Allah, dan perintah Allah kepada generasi terdahulu dan yang akan datang:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ

“Kami telah memerintahkan kepada orang yang diberi kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu agar bertakwa kepada Allah.” (Q.S. An-Nisa: 131).

Taqwa mendorong orang yang bertakwa untuk menjadikan antara dirinya dan apa yang dilarang oleh Allah sebagai pagar yang menghalangi, sebagai penghalang yang melindungi, dan sebagai pendorong yang mencegah. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika taqwa menjadi salah satu sarana yang paling jelas bagi hamba untuk mencapai kemudahan dalam segala urusannya, mengatasi setiap rintangan yang menghalangi jalannya, atau menghalangi pencapaian harapannya.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرً

“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.. (QS. At-Talaq: 4).

Dengan taqwa, akan datang pula perbuatan baik di setiap jalannya, baik itu perbuatan baik terhadap diri sendiri, dengan mendekatkan diri kepada Allah -‘Azza wa Jalla’- dengan memenuhi hak-Hak-Nya -Maha Suci Dia-, dengan menyembah-Nya dengan segala bentuknya, mengarahkan semua bentuk ibadah kepada-Nya saja -Maha Suci Dia- dengan cinta, takut, harap, tawakal, tunduk, khusyu’, rendah hati, shalat, ibadah, zakat, puasa, dzikir, dan sedekah. Ini adalah konsekuensi dari syahadat bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dan itulah hakikat kesaksian terbaik:

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى

“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (Q.S. Al-Lail: 5-7).

Hal yang bisa diambil dari pembahasan ini dan dijelaskan lebih lanjut: bahwa seseorang harus mengetahui bahwa Allah -‘Azza wa Jalla’- memiliki sifat-sifat kesempurnaan, dan bahwa -seperti yang dikatakan oleh Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah- “Dia akan memberikan ganjaran kepada hamba-Nya sejalan dengan sifat-sifat ini. Dia adalah Maha Penyayang yang mencintai orang-orang yang penuh kasih sayang, dan Dia hanya akan merahmati hamba-Nya yang penuh kasih sayang. Dia adalah Maha Penyembunyi yang mencintai orang-orang yang menjaga aurat, dan Dia adalah Pengampun yang mencintai orang-orang yang memaafkan. Dia adalah Maha Penyayang yang mencintai kelembutan dari hamba-Nya. Dia membenci perkataan kasar dan keras. Dia adalah Teman yang mencintai kebaikan. Dia adil yang mencintai keadilan. Dia menerima alasan yang wajar, Dia mencintai mereka yang menerima alasan dari hamba-Nya. Oleh karena itu, Dia akan memberikan ganjaran kepada hamba-Nya sesuai dengan sifat-sifat ini, baik dalam keberadaan maupun ketiadaan. Maka siapa yang memaafkan, dia akan diampuni. Siapa yang memberi maaf, dia akan diberi ampunan. Siapa yang lembut terhadap makhluk-Nya, Dia akan lembut terhadapnya. Siapa yang penuh kasih sayang terhadap ciptaan-Nya, Dia akan memberinya kasih sayang. Siapa yang berbuat baik kepada mereka, Dia akan berbuat baik kepadanya” (selesai).

Dari kebaikan ini, wahai hamba-hamba Allah, adalah memudahkan bagi orang yang kesulitan, baik dengan memberikan pandangan pada kemudahan atau dengan mengurangi kesulitannya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis bahwa Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Barangsiapa yang memudahkan urusan orang yang kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan urusan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

Hamba Allah juga harus menyertakan dalam usaha tersebut doa dan permohonan kepada Penciptanya dengan menggunakan doa-doa yang diwariskan oleh sebaik-baik makhluk-Nya, seperti doa Nabi Musa -‘alaihis salam’-:

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

“Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku.” (Q.S. Thaha: 25-28).

Demikian pula, doa Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika menghadapi kesulitan, yaitu doa,

اللهمَّ لا سهلَ إلا ما جعلتَه سهلًا، وأنتَ تجعلُ الحَزْنَ إذا شئتَ سهلًا

“Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali yang Engkau jadikan mudah. Engkau menjadikan kesedihan mudah jika Engkau kehendaki.”

Dalam doa ini, harus diperhatikan adab-adab doa dan tuntunan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, seperti ketulusan kepada Allah, mengikuti tuntunan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, memulai dengan memuji-Nya -subhanahu wa ta’ala-, bersalawat dan salam kepada Nabi-Nya -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, menghadap kiblat, tekad dalam berdoa, tidak terburu-buru, tidak berkata, “Saya sudah berdoa tapi tidak dijawab,” dan dengan hanya memohon kepada Allah tanpa melibatkan selain-Nya. Selain itu, mengakui dosa, mengakui nikmat, memohon dengan mempergunakan Asmaul Husna dan sifat-Nya yang tinggi, atau dengan amal shalih yang telah dilakukan sebelumnya, atau dengan doa seorang muslim yang saleh yang masih hidup, berwudhu jika memungkinkan, menjaga makanan agar halal dan baik, menjauhi yang haram dan buruk, tidak berlebihan dalam permintaan, dan tidak berdoa dengan dosa, terputusnya silaturahim, atau berdoa terhadap diri sendiri, keluarga, harta, atau anak-anak, serta tidak meninggikan suara di atas batas yang biasa atau kebutuhan.

Di sanalah diharapkan jawaban, turunnya rahmat Ilahi, diharapkan kelancaran, dan bergembiranya dengan karunia Allah dan rahmat-Nya:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Q.S. Yunus: 58).

نفعني اللهُ وإيَّاكم بهديِ كتابِه، وبسُنَّةِ نبيِّه -صلى الله عليه وسلم-، أقول قَوْلِي هذا، وأستغفِر اللهَ العظيمَ الجليلَ لي ولكم، ولكافَّةِ المسلمينَ مِنْ كلِّ ذنبٍ؛ إنَّه هو الغفور الرحيم.

Semoga Allah memberikan manfaat dengan petunjuk-Nya, sunnah Nabi-Nya -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Saya mengucapkan hal ini dan memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung dan Mulia bagi saya, untuk Anda, dan untuk seluruh umat Islam dari segala dosa; sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ، وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَلَّا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَسَلَّمَ.

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan dan ampunan-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Kami bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan kami bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada-Nya.

Amma ba’du. Wahai hamba-hamba Allah! Sesungguhnya dalam firman Allah ta’ala:

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan” (Q.S. Al-Insyirah: 4-5),

adalah kabar gembira yang besar. Artinya, setiap kali ada kesulitan dan kesusahan, pasti ada kemudahan yang menyertainya. Bahkan jika kesulitan masuk ke lubang kadal sekalipun, kemudahan pasti akan masuk bersamanya dan mengeluarkannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Sesungguhnya Allah akan memberikan kemudahan sesudah kesulitan” (Q.S. At-Talaq: 7).

Dalam penjelasan mengenai huruf alif dan lam yang menunjukkan makna ma’rifah dan umum, menunjukkan bahwa setiap kesulitan, seberat apapun, pasti diakhirinya dengan kemudahan.

Wahai hamba-hamba Allah, ini adalah kabar gembira yang besar bagi orang yang menghadapi kesulitan, kesusahan, bencana, dan kesulitan yang semakin mendalam. Hal ini menandakan bahwa kemenangan akan segera datang, kesulitan akan mereda, beban akan terangkat, kesulitan akan terpecahkan, kesedihan akan sirna, dan bencana akan terangkat, digantikan dengan keselamatan dari segala kesusahan dan bahaya.

Maka bertakwalah kepada Allah, wahai hamba-hamba Allah, dan berlapang dada dalam menghadapi ujian. Percayalah pada janji-Nya yang benar, yang tidak akan mengingkari dan tidak akan berubah, bahwa sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.

Ingatlah selalu bahwa Allah -Yang Maha Tinggi- telah memerintahkan kalian untuk bershalawat dan memberi salam kepada sebaik-baik makhluk, sebagaimana Dia berfirman dalam hadits yang paling benar dan indah:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk dia dan ucapkanlah salam penghormatan.’” (Surah Al-Ahzab: 56).

Ya Allah, berikanlah salam kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberikan salam kepada Ibrahim dan keluarganya. Sungguh, Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberkahi Ibrahim dan keluarganya. Sungguh, Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Dan ridhailah, ya Allah, atas khalifah-khalifah yang diberi petunjuk, para imam yang mendapat hidayah; Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, serta atas semua keluarga dan sahabat-sahabat mereka. Dan atas semua orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Dan Engkau, ya Allah, bersama mereka dalam kebijaksanaan, kemurahan, dan kebaikan. Ya Tuhan yang Maha Pemurah di antara semua yang pemurah.

Ya Allah, kuatkanlah Islam dan umat Muslim, peliharalah agama ini, hancurkan musuh-musuh agama, serta semua penguasa zalim dan perusak. Satukanlah hati umat Muslim, satukanlah barisan mereka, perbaikilah pemimpin-pemimpin mereka, dan satukanlah perkataan mereka dalam kebenaran, wahai Tuhan semesta alam.

Ya Allah, berikanlah kemenangan atas agama-Mu, kitab-Mu, dan sunnah Nabi-Mu Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, serta hamba-hamba-Mu yang beriman, yang berjuang dengan ikhlas. Ya Allah, lindungilah kami di negeri kami, perbaikilah imam-imam dan penguasa-penguasa kami, berikanlah kekuatan kepada imam kami dan wali amr kami, persiapkanlah padanya kekuatan yang baik, dan berikanlah petunjuk kepada apa yang Engkau ridhai dan sukai, wahai Dzat yang Maha Mendengar doa.

Ya Allah, kuatkanlah dia dan wali amr kami dalam kebaikan Islam dan kaum Muslimin, serta dalam kebaikan negeri dan penduduknya. Wahai Tuhan yang kepada-Nya kembali semua pada hari kiamat.

Ya Allah, berikanlah kepada jiwa-jiwa kami keimanan yang kokoh, sucikanlah mereka, Engkau adalah sebaik-baik yang mensucikannya. Engkau adalah pelindung dan pemelihara jiwa-jiwa itu. Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi pelindung urusan kami, perbaikilah dunia kami yang di dalamnya kami mencari rezeki, dan perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai peningkatan bagi kami dalam segala kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai ketenangan bagi kami dari segala keburukan.

Ya Allah, perbaikilah akibat permasalahan kami dalam segala urusan, dan lindungilah kami dari kehinaan di dunia dan siksaan di akhirat. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, perubahan karunia-Mu, kemurkaan-Mu yang mendalam, dan seluruh kemurkaan-Mu.

Ya Allah, kami memohon untuk berbuat kebaikan, meninggalkan perbuatan mungkar, mencintai fakir miskin, dan agar Engkau mengampuni dan merahmati kami. Dan jika Engkau hendak mencoba suatu kaum, maka wafatkanlah kami dalam keadaan tidak tergoda fitnah.

Ya Allah, cukupilah musuh-musuh-Mu dan musuh-musuh kami dengan sekehendak-Mu, wahai Tuhan semesta alam. Ya Allah, kami mengharapkan agar Engkau menjadikan mereka dalam keadaan terhina.

Ya Allah, berilah kesembuhan atas penyakit-penyakit kami, dan rahmatilah kematian kami. Sampaikanlah kepada kami harapan-harapan kami yang Engkau ridhai. Akhiri segala amalan kami dengan kebaikan. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari penyakit kusta, kegilaan, dan kusta. Dan dari segala penyakit yang buruk.

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” [Al-A’raf: 23],

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” [Al-Baqarah: 201].

Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada hamba dan rasul-Nya, Nabi kita Muhammad, serta keluarganya dan seluruh sahabatnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *